Korea Utara (Korut) kembali mengeluarkan ancamannya. Negara komunis ini
mengklaim telah menyiagakan unit roketnya dan siap menyerang sasaran
baru di wilayah Amerika Serikat (AS), Hawaii dan Guam.
"Seluruh pasukan artileri termasuk unit roket strategis dan unit
artileri jarak jauh telah disiapkan di bawah kesiapan tempur kelas A,"
demikian pernyataan komando tertinggi militer Korut yang biasa disebut
Korean People's Army (KPA), seperti dilansir
AFP, Selasa (26/3/2013).
"Untuk menyerang seluruh markas militer AS di wilayah Asia-Pasifik,
termasuk di daratan AS, Hawaii dan Guam," imbuh KPA seperti dikutip
media resmi Korut,
Korean Central News Agency (KCNA).
Kendati demikian, di sisi lain sejumlah ahli meragukan klaim Korut ini.
Menurut mereka, selain keberhasilan Korut dalam uji coba rudal jarak
jauh pada Desember lalu, kemampuan Korut masih sangat jauh untuk
menciptkan rudal balistik yang mampu menjangkau antar benua, terutama
yang mampu mencapai wilayah daratan AS.
Sama halnya dengan wilayah Hawaii dan Guam, yang menurut para ahli,
berada di luar jangkauan misil jarak menengah. Kemampuan rudal Korut
diperkirakan hanya akan mampu menjangkau markas militer AS di Korea
Selatan dan Jepang.
Pernyataan Korut ini dikeluarkan beberapa saat setelah Presiden Korsel
Park Geun-hye mengimbau Korut untuk meninggalkan program nuklir dan
rudalnya. Presiden Park mendorong Korut untuk mengubah haluan
militernya seiring semakin meningkatnya ketegangan di Semenanjung
Korea.
"Bagi Korut, satu-satunya jalan untuk tetap bertahan adalah
menghentikan provokasi dan ancaman, meninggalkan persenjataan nuklir
dan rudal, dan menjadi anggota komunitas internasional yang bertanggung
jawab," ujar Presiden Park Geun-hye..
Hal ini disampaikan Presiden Park saat berpidato dalam peringatan 3
tahun tragedi tenggelamnya kapal perang Korsel, Cheonan. Selama ini,
Korsel meyakini bahwa kapal Cheonan tenggelam karena ditembak oleh
kapal selam Korut. Namun selama ini, Korut selalu menyangkal
keterlibatannya dalam insiden yang berimbas pada pembekuan hubungan
kedua negara.
Sementara itu, selama beberapa bulan terakhir pemimpin Korut Kim
Jong-un sibuk memantau unit-unit militernya. Mulai dari mengawasi
latihan artileri dan pesawat tanpa awak hingga menyampaikan pidato
berapi-api soal serangan mematikan terhadap musuh-musuh Korut.